2 Agustus 2014

Karena Kamu

"Jangan kemana-mana." katamu waktu itu. Aku menurut, sebab aku juga tidak tahu hendak kemana. Jalan ini terlalu banyak cabang, sedang jika tidak bersama kamu, aku tidak merasa aman. Ini sudah malam. Dingin dan senyap semakin membuat udara mencekam. Kamu sudah pergi lama, dan aku juga sudah menunggu terlalu lama. Dalam diam aku berdoa agar kamu cepat datang. Kamu tahu aku cengeng, kamu hapal betul itu. Aku mudah menangis, gampang ketakutan, sering dilanda kepanikan, juga banyak lagi yang sering membuat kamu kerepotan. Tapi kamu juga hapal benar apa yang dapat membuatku merasa aman, yang membuatku merasa tak sendirian. Cepatlah datang! Atau aku akan marah benar!

Hampir tengah malam, aku menunggu kamu di bawah tiang lampu jalanan. Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan? Kemana kamu mencari jalan? Kembali saja kemari, lalu pulang bersamaku dengan aman.
"Aku tidak mau"
"Tidak mau apa?"
"Pulang sebagai pecundang"
"Tapi kamu bukan pecundang"
"Aku tidak yakin"
"Kenapa?"
"Hanya belum yakin"
Sekelebat ingatan menghantuiku. Apakah kamu sedang memastikan bahwa kamu bukan pecundang? Percakapan waktu itu, apakah kamu sedang mencari kepastian? Aku tidak peduli jika kamu pecundang. Kamu pecundang, dan aku pecundang yang tanpa perlawanan menyerahkan hatiku pada pecundang. Dari jauh aku melihat sosok. Berjalan terseok seperti kesakitan. Kamu kenapa?
"Kamu kenapa?" tanyaku penuh kekhawatiran. Tapi kamu malah tertawa terbahak bahak seperti kesetanan.
"Syukurlah" katamu
"Syukurlah apa?"
"Syukurlah kamu masih di sini"
"Kamu bilang jangan kemana-mana kan"
"Iya." katamu sambil lagi lagi tersenyum. Indah. Senyum kamu adalah yang paling indah. Tapi aku lebih suka senyum kamu yang sekarang. Lebih bebas, lebih lega, juga lebih membuatku bahagia. Jika sudah begini, sambil terseok sekalipun tapi kalau bersamamu, jalan pulang lebih menyenangkan.

"Apa akan selamanya?" lagi kamu membuka pembicaraan. Aku menatapmu bingung. Selamanya atas apa? Aku pikir aku sudah menjanjikan kamu selamanya atas semua.
"Menungguku. Apa akan selamanya kamu Menungguku?" tanyamu sambil menyelami bola mataku. Jantungku berdegub, kencang sampai-sampai aku takut jika kamu dengar.
"Jika kamu meminta aku untuk menunggumu selamanya, aku akan menunggumu selamanya" jawabku sembari tersenyum. Aku tahu selamanya itu lama yang sangat lama. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang tepat untuk aku tunggu selamanya, karena kamu....
"Dan aku tidak akan pernah membuatmu menunggu selamanya" balasmu sembari mengeratkan gandengan. Aku tersenyum. Begitu juga kamu. Dalam diam kita berjalan pulang. Dengan gandengan yang menghangat dan malam yang mengikat.

Karena kamu tidak akan pernah membuatku menunggu selamanya.

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar