5 Agustus 2014

Nana

"Aku mau ganti nama" kataku siang itu. Aku mau ganti nama jadi Nana. Aku tidak membenci namaku, hanya saja aku pernah mendengar dia memanggil Nana, dan itu terdengar sangat syahdu. Aku mau ganti nama jadi Nana.
"Ganti nama?" tanyamu sambil mengerutkan kening.
"Iya, aku mau ganti nama. Aku mau dipanggil Nana" jawabku penuh harap.
"Kenapa Nana? Kenapa harus diganti? Aku suka namamu"
"Aku mendengar dia memanggil Nana, dia meneriaki Nana, dan suaranya sangat halus dan merdu ketika dia memanggil Nana. Walaupun dia berteriak memanggil Nana, suaranya tetap lembut. Aku mau punya nama Nana" kataku. Aku benar benar iri dengan Nana. Namanya indah didengar di telinga ketika disebut dia. Aku juga mau dipanggil dia Nana dengan nada selembut dan sehalus juga sesyahdu itu.
"Apa kamu tidak mendengar ketika aku memanggil namamu, meneriaki namamu dengan sehalus dan semerdu yang aku bisa. Aku bisa dengan sangat khusyuk menyebut namamu berulang kali. Kamu tidak perlu ganti nama menjadi Nana, karena sekalipun kamu sudah dipanggil Nana, kamu bukan Nana. Aku suka namamu, jangan ganti nama. Aku janji akan tambah berusaha memanggil namamu dengan halus dan lembut juga syahdu seperti dia." jelasmu dengan yakin. Mendengarnya, aku sampai berkaca kaca. Aku jadi enggan ganti nama menjadi Nana. Rasa rasanya memang namaku terdengar sangat pas bila diucap kamu. Iya kamu benar, sekalipun aku dipanggil Nana, aku bukan Nana. Dia tak mungkin memanggilku semerdu dan sehalus dia memanggil Nana. Iya aku dengar, sangat sangat sadar ketika kamu memanggil namaku dengan lembut. Jantungku akan semakin berdebar ketika kamu mengucap namaku.
"Kenapa diam?" tanyamu.
"Aku bingung mau berkata apa."
"Kenapa?"
"Karena kamu selalu punya cara membuatku berbunga bunga. Karena kamu selalu membuatku bahagia. Karena ternyata kamu benar, bahwa namaku memang terasa sangat syahdu jika kamu yang menyebutnya."  ungkapku sambil tersenyum padamu. Kali ini aku yakin, aku tidak mau ganti nama jadi Nana.
"Jadi masih mau ganti nama?"
"Tidak. Aku mau kamu terus berusaha memanggil namaku dengan lembut" kataku dengan yakin. Lalu kita tertawa bersama sama. Mentertawai kebodohanku. Tapi aku tak peduli. Silahkan saja tertawa atas kebodohanku, asal dekapanmu semakin erat dan pelukmu semakin  hangat. Seperti sekarang.

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar